Posted by : Unknown
Senin, 02 Mei 2016
Masih teringat jelas satu tahun silam,
bagaimana keringnya jalan utama, masuk ke tempat yang kini menjadi
persinggahanku. pohon-pohon masih sangat terlalu kecil untuk meneduhkan
panasnya matahari di musim kemarau tiba. rerumputanpun ikut tak menunjukan partisipasinya
meramaikan tanah yang kini kami sebut sebagai tanah kampung naga. karena hanya
ada naga yang berdiri melilit tiang beton sepanjang satu setengah meter.
di kala malam tiba, suasana seperti tak ada
kehidupan yang sesungguhnya. hanya ada bantuan secercah cahaya lilin yang tak
pernah saya tak syukuri. desel yang kami punya hanya di nyalakan saat ada
siaran tv yang sangat menarik. Liga championpun tak setiap malam dapat kami
tonton, hanya pada pertandingan yang kami anggap memanas baru kemudian kami
tergesa-gesa mencari bensin untuk menghidupkan desel.
Saat itu, saya baru duduk di semester III di
salah satu kampus negeri di mataram, (IAIN Mataram) setiap ingin berangkat
kuliah harus mandi dengan bekas ikan, karena memang air kamar mandi di alirkan
dari sana, syukurnya adalah saya tak pernah merasakan sakit kulit seperti
perkiraan para dokter yang ketika kita menggunakan air yang kurang bersih untuk
mandi dan lain sebagainya maka kita akan sering terkena penyakit, dalam hati saya
membantin dan bersyukur inilah berkah tuhan atas niat ikhlas melakukan
perbuatan baik.*
Waktu terus berjalan dengan segala cara dan
atas tuntunan petua kami, akhirnya satu tahun lebih sudah berlalu, kekeringan
yang dulu kami rasakan kini berubah menjadi kesejukan yang luar biasa,
rerumputan yang dulu enggan untuk tumbuh, kini tak sedikit para pengembala sapi
datang ke tempat kami untuk menyabit, pohon yang dulu hanya sebatas pinggang
kini sudah tak mampu tuk saya jumpai daunnya, lampu sudah tak menjadi
permasalahan di setiap sudut area sudah terpasang dengan tiang sederhana
menjulang tinggi. ****